Amsterdam, 3 Juli 2024 – Sebuah cerita menyentuh hati datang dari Amsterdam, Belanda, di mana sepasang suami istri memutuskan untuk melakukan suntik mati atau euthanasia, dengan disaksikan oleh anak mereka. Keputusan tersebut diambil setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan rasa sakit yang tak tertahankan.
Pasangan tersebut, Jan (72) dan Maria (70), diketahui telah menikah selama lebih dari 50 tahun. Keduanya didiagnosis dengan penyakit kronis yang berbeda. Jan menderita kanker stadium akhir, sementara Maria menderita Alzheimer yang semakin parah. Setelah bertahun-tahun menjalani perawatan medis dan melihat kondisi kesehatan mereka terus memburuk, pasangan ini akhirnya memutuskan untuk memilih euthanasia sebagai jalan terakhir.
Anak mereka, Anna (45), menceritakan kisah menyentuh di balik keputusan orang tuanya. Namun, saya memahami dan menghormati keputusan mereka. Mereka ingin mengakhiri penderitaan mereka dengan damai dan bersama-sama,” ungkap Anna dengan mata berkaca-kaca.
Menurut hukum Belanda, euthanasia legal di bawah kondisi tertentu, termasuk persetujuan pasien yang sadar dan menderita sakit yang tak tertahankan tanpa harapan sembuh. Jan dan Maria telah memenuhi semua persyaratan hukum untuk melakukan prosedur ini. Dokter yang menangani mereka juga memastikan bahwa keputusan ini diambil dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan.
Pada hari yang ditentukan, Jan dan Maria menjalani prosedur euthanasia di rumah mereka, dikelilingi oleh keluarga terdekat, termasuk Anna dan cucu-cucu mereka. “Mereka ingin meninggal di rumah, di tempat yang penuh kenangan indah bersama keluarga. Saya berusaha kuat untuk mereka, meskipun hati ini hancur,” tambah Anna.
Dokter yang menangani prosedur tersebut, Dr. Pieter van Dijk, mengatakan bahwa ini adalah salah satu kasus paling emosional yang pernah ia tangani. “Jan dan Maria adalah pasangan yang luar biasa. Keputusan mereka adalah cerminan dari cinta dan komitmen yang mendalam satu sama lain. Mereka ingin mengakhiri penderitaan dengan cara yang mereka pilih sendiri, dan itu adalah hak mereka,” ujar Dr. Pieter.
Kisah Jan dan Maria telah menyentuh banyak hati dan memicu diskusi publik tentang euthanasia dan hak untuk meninggal dengan martabat. Banyak yang mengungkapkan simpati dan dukungan untuk keluarga ini, sementara yang lain mengangkat isu etika dan moralitas seputar euthanasia.
Anna berharap kisah orang tuanya dapat membuka mata banyak orang tentang pentingnya menghormati pilihan individu dalam menghadapi penyakit terminal. “Saya ingin orang-orang memahami bahwa ini bukan tentang menyerah, tetapi tentang memilih jalan yang paling damai untuk mengakhiri penderitaan. Orang tua saya sangat mencintai hidup mereka, tetapi mereka juga berhak untuk memilih bagaimana mereka ingin mengakhirinya,” kata Anna.
Pasangan Jan dan Maria meninggalkan warisan cinta yang mendalam dan keberanian untuk memilih kematian yang bermartabat. Kisah mereka akan terus hidup dalam hati keluarga dan mereka yang terinspirasi oleh keteguhan dan kasih sayang yang mereka tunjukkan sampai akhir.