Banten, 3 Juli 2024 – Para budayawan Banten meluapkan kemarahan mereka atas fenomena eksploitasi perempuan Badui demi konten di media sosial. Aksi yang dianggap merendahkan budaya dan martabat masyarakat Badui ini telah memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama para tokoh budaya dan adat Banten.
Dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Serang, Ketua Dewan Kesenian Banten, Dr. Rahmat Hidayat, menyampaikan keprihatinan mendalam atas maraknya eksploitasi perempuan Badui yang dilakukan oleh para pembuat konten. “Perempuan Badui adalah bagian dari identitas dan kekayaan budaya kita. Eksploitasi mereka untuk kepentingan konten media sosial adalah tindakan yang tidak etis dan harus dihentikan,” tegas Rahmat.
Rahmat menjelaskan bahwa masyarakat Badui, terutama perempuan, memiliki nilai-nilai adat dan tradisi yang sangat dihormati. “Mereka bukan objek untuk dijadikan bahan tontonan. Kita harus menghormati dan menjaga martabat mereka, bukan malah memanfaatkan mereka demi keuntungan pribadi atau popularitas di dunia maya,” tambahnya.
Salah satu insiden yang memicu kemarahan ini adalah video yang diunggah oleh seorang influencer terkenal, di mana ia menampilkan perempuan Badui dalam situasi yang dianggap merendahkan. Video tersebut segera menjadi viral dan menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk masyarakat Badui sendiri.
Dalam kesempatan yang sama, Tokoh Adat Badui, Bapak Jaro Saija, juga menyatakan kekesalannya atas tindakan tersebut. “Kami merasa tersinggung dan tidak dihargai. Tradisi dan budaya kami adalah warisan yang harus dijaga, bukan dieksploitasi. Kami berharap pemerintah dan pihak berwenang bisa mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku,” ujar Jaro Saija dengan nada tegas.
Budayawan dan tokoh adat Banten menyerukan agar para pembuat konten lebih menghormati budaya lokal dan tidak semata-mata mengejar popularitas tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan. Mereka juga mengajak masyarakat luas untuk lebih peka dan tidak mendukung konten yang merendahkan atau mengeksploitasi orang lain.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Ir. Wahyu Kurniawan, menyatakan dukungannya terhadap protes ini dan berjanji akan melakukan langkah-langkah untuk melindungi budaya dan masyarakat Badui. Kami juga akan meningkatkan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menghormati budaya lokal,” ujar Wahyu.
Kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi semua pihak untuk lebih menghargai keberagaman budaya di Indonesia. Eksploitasi demi konten tidak hanya merugikan individu yang dieksploitasi, tetapi juga merusak tatanan sosial dan budaya yang telah dijaga selama berabad-abad.