Atmosfer kampanye akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) selalu penuh dengan energi, terutama saat acara yang dihadiri oleh calon presiden dan tokoh besar lainnya. Stadion yang memiliki kapasitas lebih dari 80.000 penonton ini sering kali menjadi pusat perhatian, tempat para calon presiden dan tim sukses mereka untuk menunjukkan kekuatan massa dan memobilisasi dukungan.
Suasana di GBK saat kampanye akbar umumnya bisa digambarkan sebagai penuh semangat, ramai, dan penuh warna. Para pendukung datang dengan atribut kampanye seperti kaos, spanduk, dan bendera yang mencerminkan pilihan politik mereka. Musik, nyanyian, dan teriakan suporter menghiasi stadion, memberikan nuansa seperti konser besar atau pertandingan olahraga, di mana energi dari ribuan orang berkumpul untuk mendukung kandidat mereka.
Namun, atmosfer seperti itu bisa terasa sangat intens dan penuh tekanan bagi para kandidat. Sebagai tempat yang penuh simbolisme, kampanye di GBK biasanya digunakan untuk menunjukkan kekuatan politik, baik dalam hal jumlah pendukung maupun kekompakan tim. Hal ini penting untuk membangun citra yang kuat di mata publik dan pesaing politik.
Jika Anies Baswedan tidak hadir, seperti yang dikatakan oleh Pramono Anung, bisa jadi ada alasan tertentu terkait strategi kampanye atau pertimbangan lainnya. Meskipun GBK menjadi tempat yang penuh daya tarik, kadang calon presiden memilih untuk tidak terlibat dalam acara besar jika merasa sudah cukup dengan kampanye lain yang lebih intim atau lebih terfokus pada kelompok tertentu.
Bagaimanapun, kampanye di GBK selalu membawa atmosfer yang luar biasa, yang menggabungkan antara politik, semangat, dan emosi massa yang hadir. Tentunya, suasana ini memberikan gambaran mengenai dinamika dan tensi dalam persaingan politik menuju pemilu.