Jakarta, 4 September 2024 – Sebuah mitos yang mengklaim adanya hubungan antara vaksin COVID-19 dan penyakit Mpox (sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet) baru-baru ini menjadi viral di media sosial, memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut dan mengimbau publik untuk tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak berdasar.
Mitos ini mulai menyebar setelah beberapa pengguna media sosial memposting informasi yang mengaitkan kasus Mpox dengan vaksinasi COVID-19. Informasi ini menyebutkan bahwa vaksin COVID-19 dapat menyebabkan efek samping berupa Mpox, sebuah penyakit langka yang disebabkan oleh virus dari keluarga Orthopoxvirus dan dikenal karena gejala seperti ruam kulit dan demam.
Menanggapi kekhawatiran yang berkembang, Kemenkes RI mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa vaksin COVID-19 yang saat ini digunakan di Indonesia telah melalui berbagai uji klinis yang ketat dan telah terbukti aman dan efektif dalam melawan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Vaksin-vaksin ini juga telah teruji secara menyeluruh untuk memastikan tidak ada efek samping yang merujuk pada Mpox atau penyakit serupa lainnya.
Dr. Hadi Prabowo, juru bicara Kemenkes, menegaskan bahwa “Tidak ada hubungan antara vaksin COVID-19 dan penyakit Mpox. Informasi yang beredar di media sosial tidak didasarkan pada data ilmiah atau penelitian yang valid. Vaksin COVID-19 telah melewati berbagai tahap pengujian dan pemantauan yang ketat, dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin ini dapat menyebabkan Mpox.”
Dr. Hadi juga menambahkan bahwa Mpox adalah penyakit yang terpisah dan tidak terkait dengan vaksin COVID-19. “Penyakit Mpox adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang berbeda dan tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19. Penting bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dari sumber yang terpercaya dan tidak terpengaruh oleh berita yang tidak berdasar.”
Kemenkes juga meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memverifikasi informasi yang diterima, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan vaksinasi. Pemerintah mengimbau publik untuk selalu merujuk pada informasi resmi dari lembaga kesehatan terpercaya dan untuk tetap melanjutkan program vaksinasi COVID-19 guna melindungi diri dan masyarakat dari dampak pandemi.
Sementara itu, para ahli kesehatan menekankan pentingnya menjaga komunikasi yang jelas dan berbasis fakta dalam menyebarluaskan informasi kesehatan untuk mencegah munculnya misinformasi yang dapat merugikan masyarakat.
Dengan klarifikasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijaksana dalam menyaring informasi dan tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan pribadi dan